- Menyatakan perasaan hormat pada lawan bicara
- Menjaga jarak yang tepat dengan lawan bicara
- Menunjukkan wibawa dan nilai bagi si pengguna itu sendiri
- Sebagai adat sopan-santun dalam hidup bermasyarakat di Jepang
- Sebagai alat komunikasi untuk melancarkan penyampaian maksud dengan sopan
- Terhadap siapa kita menggunakan bahasa penghormatan?
Rekan sekerja, atasan, dan klien. Dengan menggunakan bahasa hormat, kita mempertahankan jarak emosional yang tepat, dan agar tidak dinilai kurang ajar. Kepada keluarga kita tidak menggunakan bahasa hormat karena jarak emosional dengan keluarga sangat dekat.
Bahasa hormat tidak hanya menunjukkan penghormatan pada orang lain, tetapi juga menunjukkan wibawa dan ketinggian derajat si pengguna. Itulah sebabnya orang lanjut usia sering menggunakan bahasa hormat kepada pegawai toko yang jauh lebih muda.
Kepada orang yang baru dikenal atau tetangga, kita juga menggunakan bahasa penghormatan. Tujuannya untuk menunjukkan rasa saling menghormati dan menghindari kesan sok akrab. Kalau sudah akrab, baru kita boleh menggunakan bahasa netral untuk sehari-hari.
Bahasa hormat ada tiga macam:
- sonkeigo 尊敬語 (honorific language, bahasa meninggikan orang lain)
- kenjougo 謙譲語 (humble/modest/deferential language, bahasa merendahkan diri)
- teineigo 丁寧語 (polite language, bahasa sopan)
Contohnya: 食べる / 飲む menjadi 召し上がる (Makan / Minum)
2. Kenjoogo (謙譲語 / Humble, Modest, Deferential Language)
Kenjoogo digunakan pada saat menghormati lawan bicara dengan merendahkan diri sendiri. Di pihak lain Oishi Shotaro (1985 : 27) mengartikan kenjoogo sebagai keigo yang menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk benda-benda, keadaan, aktiftas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya.
Contohnya: 会う menjadi お目にかかる (Bertemu)
3. Teineigo (丁寧語 / Polite Language)
Teineigo adalah cara bertutur kata dengan sopan santun yang dipakai oleh pembicara dengan saling menghormati atau menghargai perasaan masing-masing (Masao, 1985 : 131). Oishi Shotaro (1985 : 28) menyebut teineigo dengan istilah teichoogo yaitu keigo yang secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara (dengan pertimbangan yang khusus terhadap lawan bicara). Pemakaian teichoogo sama sekali tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang yang dibicarakan.
Contohnya: 言う menjadi 言います (Berkata)
Dengan melihat beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa di antara ketiga macam keigo tersebut terdapat persamaan dan perbedaannya. Persamaannya dapat dilihat dari prinsip pemakaian keigo yang tidak terlepas dari pertimbangan siapa pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan. Baik sonkeigo, kenjoogo, maupun teineigo dipakai untuk menghaluskan kata-kata yang dipakai untuk menghormati lawan bicara atau orang yang dibicaakan. Sedangkan perbedaannya terletak pada cara pengungkapannya. Sonkeigo dipakai dengan cara menaikkan derajat lawan bicara atau orang yang dibicarakan, kenjoogo dipakai dengan cara merendahkan derajat pembicara, sedangkan teineigo dipakai tidak dengan cara menaikkan atau menurunkan pembicara, lawan bicara, atau orang yang dibicarakan...
Semoga bermanfaat...(berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar